Selasa, 22 April 2014 ( Listing
Hari Pertama )
Sekaranglah
saatnya pertarungan antara petugas dan responden dimulai. Semua sudah disiapkan
mulai dari instrumen sampai mental dan tenaga. Listing adalah tahap awal untuk
memulai survei sektor informal PKL 53 ini. Tanpa pengalaman sebelumnya, kaki
kaki ini mulai melangkah tanpa pijakan yang pasti. Bermodal cerita dan wejangan
saja, dan segenggam keyakinan serta tekad yang kuat. Bahkan bagaimana, apa,
siapa, yang akan kita hadapi ini masih belum terungkap. Dengan langkah pasti,
semua ini kita mulai.
Mulai dari
pagi hari, kembali menelusuri BS ( Blok Sensus ) untuk memastikan sekali lagi,
dan sudah mulai mencoba mengisi kuisioner listing yang panjangnya sampai 31
kolom. Kemudian semua anggota tim menyebar ke BS tugas masing masing. Listing
mulai dari pagi sampai siang, kemudian pulang ke rumah untuk istirahat, dan
lanjut lagi dari jam 13.30 sampai sore, begitu terus sampai selesai.
Kondisi jalan didalam blok sensus
Ternyata,
banyak hal hal yang tak terduga dan kejutan kejutan kecil yang terjadi pada
hari pertama ini. Hal yang tak pernah terpikirkan sebelumnya, atau hal yang
dianggap tidak mungkin menjadi mungkin di kenyataan lapangannya. Satu lagi,
ternyata banyak kata “Ternyata” yang tercetus saat PKL ini. Pertama, saat
dantang ke rumah pertama untuk di listing ( BS Leila Husna ) ketemu sama
seorang nenek nenek lagi beres beres di halaman rumahnya. Begitu akan di
hampiri untuk ditanyain tentang listing anaknya datang dengan motor bututnya
dan membawa nenek itu bersamanya. Hasilnya, hanya terdiam tanpa kata melihat
responden yang sudah di depan mata pergi begitu saja tanpa menyampaikan satu
katapun. Jlleepp.. Oke Fine. “Awal yang cukup buruk, semoga berikutnya lancar”
gumam dalam hati. Ternyata yang selanjutnya, warga desanya 90 persen lebih
adalah orang Jawa, alias transmigran dari Pulau Jawa. Ternyatanya lagi, saat
penelusuran blok sensus banyak sekali rumah yang sepertinya tak berpenghuni alias
rumah kosong. Dalam hati sudah yakin aja kalo rumah itu kosong dan ternyata
setelah ditelusuri lebih lanjut, ada orang yang tinggal didalamnya. Woowww,
amazing.
Saat
berinteraksi langsung dengan responden juga banyak hal hal yang unik. Satu hal
lagi, responden itu banyak macamnya. Dan berbagai macam itu juga beda
perlakuannya. Bahkan beberapa responden beranggapan kita datang untuk
memberikan bantuan. “Aduh bapak, kita bisa ngasi bantuan apa pak. Uang sisa aja
di kembaliin” Bergumam sambil nyengir didepan responden. Ada juga responden
yang cerita dan curhat tentang hidupnya, tentang desanya, tentang keluarganya.
Ada juga responden yang takut saat di listing, “Mas, ini nantinya mau di apain
ya.? gak dilaporkan atau di apa apain kan.? Takutnya nanti kenapa napa lagi”
ujar responden dengan jidad agak mengkerut. Dan lagi lagi kita hanya bisa jawab
sambil tersenyum kecil “Gak kok bu, ini Cuma tugas dari kampus”.
Satu lagi
fakta yang kita temukan di lapangan. Hampir semua responden membulatkan umurnya
keatas dan tidak sesuai dengan konsep umur di BPS. Di BPS konsep umur
menggunakan ulang tahun terakhir, dan responden sering membulatkan umur mereka
keatas padahal belum ulang tahun ke 32 eh bilangnya 32. Kalau begini kan kita
lagi yang repot, mesti nanya bulan lahirnya lagi dan kita yang menentukan umur
responden sudah masuk 32 atau belum 32. Kasus, ibunya bilang umurnya 33 tahun,
setelah ditanya bulan lahirnya ternyata bulan Juni. Dan ternyata 33 tahunnya
nanti bulan Juni, jadi kita tulis di kuisioner listing 32 tahun. Eeehhh, ibunya
protes, “Mas, umur saya 33 bukan 32”. Kita jelasin juga ibunya gak ngerti, jadi
Cuma bilang “Gak pa pa bu, nanti diubah di sananya” sambil nyengir diatas
kuisioner. Ada lagi kasus yang cukup
mencengangkan, ternyata lagi ya banyak responden yang lupa umurnya, bahkan
umur, bulan, dan tahun lahir pun juga lupa. Parahnya lagi kalau ditanya umur,
bulan, dan tahun lahir dari anaknya, istrinya, suaminya juga gak tau semua.
Kalau sudah begini, apalah yang bisa kita lakukan selain menunggu jawaban dari
responden dan kartu keluarga.
Hhheeeheheeee......
Pada suatu
waktu di salah satu rumah responden, sampai sampai ada yang menolak untuk
ditanyai tentang keluarganya. Mungkin dia takut atau curiga sama kita, tapi
setelah dijelaskan ujung ujungnya mau juga. Ditambah lagi jalan yang ada di
peta blok sensus ada yang tidak sesuai dilapangan, tambah kerjaan lagi. Sampai
sampai sendal Leila jebol karna kebanyakan mutar mutar gak jelas hanya untuk
memastikan batas segmen dalam blok sensusnya, tambah lagi kerjaan. Terakhir,
target listing hari pertama adalah 50 rumah tangga. Ternyata hanya dapat
sekitar 25 rumah tangga. Aaahhh, ternyata sulit bung, target itu terlalu tinggi
untuk daerah seperti ini.
Sebelum
magrib kita biasanya udah harus sampai di rumah, karena kabarnya gak aman kalo
masih berkeliaran di luar, kenapa.? Nanti kita ceritakan alasannya.
Malam hari,
agenda rutin dimulai kembali. Dimulai dari makan dan solat, mengoreksi
kuisioner listing hari ini, ngobrol dan cerita tentang BS masing masing dengan
segala kasus dan kejadian hari ini. Sampai nonton Chibi Maruko Chan. Malam ini
sudah mulai sedikit terlihat kegilaan walau tak banyak, mungkin masih canggung
dan beradaptasi dengan lingkungan baru.
Sumber kontaminasi tim 46
***
Rabu, 23 April 2014 ( Listing Hari
Kedua )
Oke, untuk
listing hari kedua ini tidak jauh berbeda dengan hari kemarin. Kasusnya masih
sama dan berkelanjutan. Banyak responden
yang tidak dapat ditemui, kerena kebanyakan responden bekerja sebagai petani.
Pagi sudah ke sawah pulangnya sore atau malam. Jadi kebut kebutan sama responden
deh. Siang harinya panas bener, baju sampai basah banget, keringat bercucuran,
wajah mulai kusam, rambut berantakan, sumpah bener bener berantakan. Saat di
salah satu rumah responden ditanya temen bapaknya, “Apaan ni dek.?” kata temen
bapaknya. “Kita mau sensus pak, tentang pekerjaan” jawab Leila. “Oalah, ini mah
anak TK juga bisa” jawab bapaknya dengan santai sambil melihat kuisioner listing. Leila cuma diam dan jleepp.
Ditambah lagi banyak anjing berkeliaran di blok sensusnya. Kalau masuk ke rumah
responden biasanya disuguhi minuman, makanan, ya gitulah pokoknya.
Sampai di
suatu rumah responden, dikasi minum dan makanan ringan sama responden. Ehh,
respondennya malah cerita cerita tentang desa ini. Kabarnya, tahun 2010 desa
ini pernah diserang. Gara gara ada “Begal” yang ketangkap lalu dihakimi warga,
singkat cerita orang yang dihakimi warga tadi tak terselamatkan lagi. Tak lama
kemudian, teman teman orang yang tewas tadi gak terima dan akhirnya menyerang
desa tersebut. Rumah kepala desa dibakar, rumah warga di serang, dan warga desa
mengungsi ke ladang belakang. Sejak saat itu, tidak ada yang berani lagi
melakukan hal yang sama, karena takut hali itu terjadi lagi. Sekitar 2 bulan
yang lalu saja, terjadi pembacokan di pinggir jalan didepan bengkel. Dan apa
yang terjadi, warga sekitar hanya menonton dan tidak turun tangan. Mungkin itu
tadi, takut tragedi 2010 terulang lagi. Dan peristiwa itu tepat didalam blok
sensusku. Gggrrr....
Listing
***
Kamis, 24 April 2014 ( Listing
Hari Ketiga )
Kalau sesuai dengan SOP, ini adalah
hari terakhir listing jadi harus diselesaikan semua segmen dalam blok sensus.
Tapi sampai sore masih ada yang harus direvisit, jadi belum pencacahan aja
kepala sudah penuh dengan kata revisit, revisit, dan revisit. Pernah juga
kejadian di blok sensusnya Leila, orang tua responden mennggal sesaat sebelum
leila mengucapkan salam. Bahkan tetangga pun belum ada yang tau. Superrr....
Nia juga
udah dapat orang tua baru di blok sensusnya, saking seringnya datang kesana
sampai dianggap anak. Hebat juga nia ini, bisa dapat bapak dengan cepat.
Hhhaha. Blok sensusnya Nia panas, sedikit pohon dan daerahnya padat. Kak Rey
sebagai kortim aja malas kalau diminta nemenin Nia. Pernah, itupun hanya
setengah hari katanya. Karna gak tahan sama cuaca panasnya itu.
Plengsengan.?
Cemplung atau Cubluk.? ada yang tau.? ada yang liat.?. Dua jenis kloset itu
bener bener mengawang ngawang. Sampai akhirnya di hari ini, melihat secara
langsung dengan mata kepala sendiri bagaimana bentuk plengsengan dan cubluk.
Aahh, rasa penasarannya terbayar lunas. Ooohhh, ternyata begitu bentuknya. Berasa hebat setelah melihatnya langsung. Hhhaahaa.
Kebiasaan
Nia dan Leila yang selalu mereka lakukan hampir setiap hari adalah susah mandi,
atau bisa juga dibilang malas mandi, atau bisa juga dibilang lama kalau disuruh
mandi. Hampir setiap hari Kak Rey ngomel ngomel karna kelakuan mereka yang satu
ini.
Bicara soal
linting, semua beres pada hari ini. Tepat dan sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan. Tahap pertama sudah dilewati, masih ada tahap tahap selanjutnya.
Sampai saat ini, semua rahasia, jati diri, kebiasaan, dan tingkah laku kita
semua mulai terungkap. Mulai dari Kak Rey, ternyata agak sedikit alay gitu.
Sukanya bilang keles, dengan gaya bicara yang khas. Nia, yang tergila gila
dengan sosok Wendi yang ada di TV. Setiap saat selalu bilang “Na Na” , “ Oke
Piks “ , dan masih banyak lagi dengan ekspresi spesialnya. Leila, selalu
identik dengan kata “Ampun”. Setiap akhir kalimatnya biasanya ada kata ampun,
mungkin itu ungkapan untuk mengekspresikan bahwa sesuatu itu wah kali ya. Untungnya
kita bisa saling mengerti satu sama lain, jadi rasanya klop dan fixs lah.
Bersyukur juga dipersatukan dengan orang orang seperti mereka ini.
Listing